Contact Us
Find Our Page
// Instagram
// Follow Us

The End Of Instagram Influencers: Why & What To Do Next? As We Know It!

Alinear Indonesia
25 July 2025
498
The End Of Instagram Influencers: Why & What To Do Next? As We Know It!

"Apakah Influencer berdampak pada brand secara berkelanjutan? Atau, hanya sesaat?"

 
Di Tahun 2025 beberapa platform terus berevolusi, memodifikasi dan merubah struktur algoritma. Hal ini akan mengubah landskap digital secara perlahan untuk memasuki tahun-tahun berikutnya. Algoritma setiap platform ditentukan oleh para pembuat platform tersebut. Jadi, dari jejaring sosial yang berawal untuk mendapatkan intensi dan mencari atau memperbanyak teman, menjadi monetisasi baru bagi sebagian untuk mendapatkan pundi-pundi penghasilan di zaman digital yang semakin cepat.
 
“Dimana ada jejaring, disana ada influencer”
Pertanyaan yang mendasar adalah: Apakah Anda akan terus menggunakan influencers untuk membangun ketahanan brand/bisnis? Apakah influencers (big followers) dapat membangun trust pada brand/bisnis Anda? Mari kita coba berfikir langkah apa yang lebih efektif dan rasional untuk menciptakan dan meningkatkan sebuah kredebilitas suatu brand/bisnis pada media sosial.
 
Dari Friendster–hingga TikTok, serupa namun tak sama. Pada umumnya, platform-platform tersebut dapat menyatukan, bahkan membuat komunitas baik public maupun private. Ketika Anda membaca hal ini, apa yang terlintas di benak Anda? Instagram dan TikTok dapat dikatakan saat ini masih merajai jagat platform dunia maya dan dipergunakan untuk kelangsungan sebagian besar sebuah brand/bisnis. Dengan adanya peran influencers yang memiliki follower banyak, pada hakikatnya akan sangat membantu mengangkat dan membangun brand/bisnis tersebut. Namun, di setiap platform itu berbeda. Let’s dig down deeper!
 

Photo by Alinear Indonesia Docs.
 
THE SITUATION TODAY!
Influencer Instagram pada masa kini digerakkan oleh metrik media sosial primitif yang sama seperti influencer awal di Twitter dan Facebook hingga Instagram, YouTube, dan TikTok yang digerakkan oleh: Jumlah pengikut (Follower) yang besar pada sebagian platform; Jumlah aksi sederhana seperti Like–yang berakibat, pengembang perangkat lunak harus terus merubah sistem dan allgoritma secara berkala dan kapan saja sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.
 
Ketika Anda menggunakan influencers, apakah hasil yang didapatkan adalah real dari pengikutnya? atau, banyak influencers yang juga memasang iklan pada platform untuk mendapatkan jangkauan yang luas? Lalu, apa bedanya jika Anda beriklan di media sosial secara mandiri?--Menurut beberapa analisis.
 
Bandingkan dengan, apabila Anda bermitra dengan salah satu media. Sebut saja Alinear Indonesia, adalah sebuah media online (web majalah) gaya hidup, entertainment, dan bisnis. Untuk sebagian media, mungkin tidak terlalu aktif di social media, namun, ada beberapa media juga yang memiliki massa organik yang tercipta dari visitor yang menghampirinya sesuai dengan keywords (kata kunci) yang ditelusur. Dan, jumlahnya pun tak kalah dari jumlah pengikut influencer yang terus bergerak secara unique dan organik.
 

Photo by Alinear Indonesia Docs.
 
WHAT CHANGED?
Selain itu, Facebook/Instagram (Meta) juga memperbaharui logic dan algoritmanya yang membuat konten dan value lebih dilihat oleh algoritma. Jadi, jika Anda tidak memiliki follower yang banyak, tapi Anda membuat konten yang memiliki value, maka, konten Anda akan secara organik terserap untuk di rekomendasikan kepada user yang cocok dengan kategori konten Anda. Sebaliknya, beberapa influencer yang terlihat memiliki pengikut yang banyak, sebut saja 10,000–Namun, ternyata views yang didapat bahkan kecil persentasenya dengan jumlah pengikutnya. Simple and realistic!
 
Lain halnya apabila Anda adalah Publik Figur. Tentu saja apa yang Anda lakukan akan dilihat oleh pengikut. Namun, tidak dapat dijadikan acuan bahwa sales Anda akan meningkat pesat yaa. Tergantung siapa dan bagaimana struktur pada brand/bisnis Anda secara internal juga akan berpengaruh.
 

Photo by Alinear Indonesia Docs.
 
WHAT SHOULD BRANDS DO?
Pertama, ada baiknya Anda untuk memiliki Plan A, B, atau C. Jika Anda sudah memilikinya, coba pilih yang dapat dipercaya untuk membangun brand/bisnis Anda secara logis dan realistik.
•• Contoh kasus:
A: Kerjasama dengan Influencers & Iklan Mandiri
B: Kerjasama dengan media digital yang terintegrasi atau ahensi digital & Iklan Mandiri
C: Iklan Mandiri (In House)
– Jika pada kasus ini, manakah yang akan Anda pilih?
 
Kedua, mulai untuk memikirkan asset diluar platform social media. Milikilah sebuah website yang dapat memenuhi kebutuhan bisnis Anda. Sebisa mungkin hindarilah bergantung terhadap sebuah platform tertentu. Karena, platform akan silih berganti.
 
Ketiga, pilihlah Plan B yang sudah terintegrasi dengan beberapa aktivitas influencers, yang sudah meliputi produksi konten, dan aktivitas lain yang terjangkau dengan budget suatu bisnis. Pastikan juga Anda sudah memiliki alokasi dana yang cukup untuk membangun brand/bisnis Anda.
 

Photo by Alinear Indonesia Docs.
 
WHAT SHOULD INFLUENCERS DO?
No, it’s not the end. But, think about this!
 
Review kembali follower list Anda dan hapus follower yang sudah tidak aktif. Jangan membeli bulk follower pada pihak-pihak seperti spam atau bot hanya untuk mendapatkan pengikut yang banyak.
 
Berlangganan centang biru. Dengan begitu Anda tidak perlu repot mempertanyakan apakah pengikut Anda itu asli atau bot. Namun, pastikan Anda tetap membuat konten.
 
Bekerjasama dengan Media Digital lain seperti majalah, atau portal tertentu.
 

Photo by Alinear Indonesia Docs.
 
THE FINAL LESSON!
Janganlah bergantung pada Facebook, Instagram, ataupun platform sosial media lain. Gunakanlah media sosial sebagai salah satu sarana atau tools pendukung. Berinvestasilah kepada aset yang dapat Anda bangun sendiri dan memiliki value pada brand/bisnis Anda. Pastikan brand/bisnis Anda menjadi sebuah brand/bisnis asli, original, dan tetap terikat dengan Anda–Make your business great as yours!

Videos & Highlights

Editor's Choice